Old school Swatch Watches
374206 273255656068379 100001518399485 746315 1472867547 n
Dua puluh tahun yang lalu saya
melahirkan seorang anak laki-laki,
wajahnya lumayan tampan namun
terlihat agak bodoh. Sam, suamiku,
memberinya nama Eric. Semakin lama
semakin nampak jelas bahwa anak ini
memang agak terbelakang. Saya
berniat memberikannya kepada orang
lain saja untuk dijadikan budak atau
pelayan. Namun Sam mencegah niat
buruk itu. Akhirnya terpaksa saya
membesarkannya juga. Di tahun kedua
setelah Eric dilahirkan saya pun
melahirkan kembali seorang anak
perempuan yang cantik mungil. Saya
menamainya Angelica. Saya sangat
menyayangi Angelica, demikian juga
Sam. Seringkali kami mengajaknya
pergi ke taman hiburan dan
membelikannya pakaian anak-anak
yang indah-indah. Namun tidak
demikian halnya dengan Eric. Ia hanya
memiliki beberapa stel pakaian butut.
Sam berniat membelikannya, namun
saya selalu melarangnya dengan dalih
penghematan uang keluarga. Sam
selalu menuruti perkataan saya.
Saat usia Angelica 2 tahun Sam
meninggal dunia. Eric sudah berumur 4
tahun kala itu. Keluarga kami menjadi
semakin miskin dengan hutang yang
semakin menumpuk. Akhirnya saya
mengambil tindakan yang akan
membuat saya menyesal seumur
hidup. Saya pergi meninggalkan
kampung kelahiran saya beserta
Angelica. Eric yang sedang tertidur
lelap saya tinggalkan begitu saja.
Kemudian saya tinggal di sebuah
gubuk setelah rumah kami laku terjual
untuk membayar hutang. Setahun, 2
tahun, 5 tahun, 10 tahun.. telah berlalu
sejak kejadian itu.
Saya telah menikah kembali dengan
Brad, seorang pria dewasa. Usia
Pernikahan kami telah menginjak tahun
kelima. Berkat Brad, sifat-sifat buruk
saya yang semula pemarah, egois, dan
tinggi hati, berubah sedikit demi sedikit
menjadi lebih sabar dan penyayang.
Angelica telah berumur 12 tahun dan
kami menyekolahkan dia di asrama
putri sekolah perawatan. Tidak ada lagi
yang ingat tentang Eric dan tidak ada
lagi yang mengingatnya.
Sampai suatu malam. Malam di mana
saya bermimpi tentang seorang anak.
Wajahnya agak tampan namun tampak
pucat sekali. Ia melihat ke arah saya.
Sambil tersenyum ia berkata, "Tante,
Tante kenal mama saya? Saya lindu
cekali pada Mommy!" Setelah berkata
demikian ia mulai beranjak pergi,
namun saya menahannya, "Tunggu...
sepertinya saya mengenalmu.
Siapa namamu anak manis?"
"Nama saya Elic, Tante."
"Eric? Eric... Ya Tuhan! Kau benar-benar
Eric?"
Saya langsung tersentak dan bangun.
Rasa bersalah, sesal dan berbagai
perasaan aneh lainnya menerpa diri
saya saat itu juga. Tiba-tiba terlintas
kembali kisah ironis yang terjadi dulu
seperti sebuah film yang diputar
dikepala saya. Baru sekarang saya
menyadari betapa jahatnya perbuatan
saya dulu.Rasanya seperti mau mati
saja saat itu. Ya, saya harus mati...,
mati..., mati... Ketika tinggal seinchi
jarak pisau yang akan saya goreskan ke
pergelangan tangan, tiba-tiba
bayangan Eric melintas kembali di
pikiran saya. Ya Eric, Mommy akan
menjemputmu Eric...
Sore itu saya memarkir mobil biru
saya di samping sebuah gubuk, dan
Brad dengan pandangan heran
menatap saya dari samping.
"Mary, apa yang sebenarnya terjadi?"
"Oh, Brad, kau pasti akan membenciku
setelah saya menceritakan hal yang
telah saya lakukan dulu." Tapi aku
menceritakannya juga dengan terisak-
isak...
Ternyata Tuhan sungguh baik kepada
saya. Ia telah memberikan suami yang
begitu baik dan penuh pengertian.
Setelah tangis saya reda, saya keluar
dari mobil diikuti oleh Brad dari
belakang. Mata saya menatap lekat
pada gubuk yang terbentang dua
meter dari hadapan saya. Saya mulai
teringat betapa gubuk itu pernah saya
tinggali beberapa bulan lamanya dan
Eric.. Eric... Saya meninggalkan Eric di
sana 10 tahun yang lalu. Dengan
perasaan sedih saya berlari
menghampiri gubuk tersebut dan
membuka pintu yang terbuat dari
bambu itu. Gelap sekali... Tidak terlihat
sesuatu apa pun! Perlahan mata saya
mulai terbiasa dengan kegelapan
dalam ruangan kecil itu. Namun saya
tidak menemukan siapapun juga di
dalamnya. Hanya ada sepotong kain
butut tergeletak di lantai tanah.
Saya mengambil seraya mengamatinya
dengan seksama... Mata mulai
berkaca-kaca, saya mengenali
potongan kain tersebut sebagai bekas
baju butut yang dulu dikenakan Eric
sehari-harinya. .. Beberapa saat
kemudian, dengan perasaan yang sulit
dilukiskan, saya pun keluar dari
ruangan itu... Air mata saya mengalir
dengan deras. Saat itu saya hanya
diam saja. Sesaat kemudian saya dan
Brad mulai menaiki mobil untuk
meninggalkan tempat tersebut.
Namun, saya melihat seseorang di
belakang mobil kami. Saya sempat
kaget sebab suasana saat itu gelap
sekali. Kemudian terlihatlah wajah
orang itu yang demikian kotor.
Ternyata ia seorang wanita tua.
Kembali saya tersentak kaget
manakala ia tiba-tiba menegur saya
dengan suaranya yang parau.
"Heii...! Siapa kamu?! Mau apa kau
kemari?!"
Dengan memberanikan diri, saya pun
bertanya, "Ibu, apa ibu kenal dengan
seorang anak bernama Eric yang dulu
tinggal di sini?" Ia menjawab, "Kalau
kamu ibunya, kamu sungguh
perempuan terkutuk! Tahukah kamu,
10 tahun yang lalu sejak kamu
meninggalkannya di sini, Eric terus
menunggu ibunya dan memanggil,
'Mommy..., mommy!' Karena tidak
tega, saya terkadang memberinya
makan dan mengajaknya tinggal
Bersama saya. Walaupun saya orang
miskin dan hanya bekerja sebagai
pemulung sampah, namun saya tidak
akan meninggalkan anak saya seperti
itu! Tiga bulan yang lalu Eric
meninggalkan secarik kertas ini. Ia
belajar menulis setiap hari selama
bertahun-tahun hanya untuk menulis
ini untukmu..."
Saya pun membaca tulisan di kertas
itu...
"Mommy, mengapa Mommy tidak
pernah kembali lagi...?
Mommy marah sama Eric, ya? Mom,
biarlah Eric yang pergi saja, tapi
Mommy harus berjanji kalau Mommy
tidak akan marah lagi sama Eric. Bye,
Mom..." Saya menjerit histeris
membaca surat itu.
"Bu, tolong katakan... katakan di mana
ia sekarang? Saya berjanji akan
meyayanginya sekarang! Saya tidak
akan meninggalkannya lagi, Bu! Tolong
katakan..!!"
Brad memeluk tubuh saya yang
bergetar keras.
"Nyonya, semua sudah terlambat.
Sehari sebelum nyonya datang, Eric
telah meninggal dunia. Ia meninggal di
belakang gubuk ini. Tubuhnya sangat
kurus, ia sangat lemah. Hanya demi
menunggumu ia rela bertahan di
belakang gubuk ini tanpa ia berani
masuk ke dalamnya. Ia takut apabila
Mommy-nya datang, Mommy-nya
akan pergi lagi bila melihatnya ada di
dalam sana ... Ia hanya berharap
dapat melihat Mommy-nya dari
belakang gubuk ini... Meskipun hujan
deras, dengan kondisinya yang lemah
ia terus bersikeras menunggu Nyonya
di sana .
Nyonya,dosa anda tidak terampuni!"
Saya kemudian pingsan dan tidak ingat
apa-apa lagi. (kisah nyata di irlandia
utara)